Saham Blue Chip Stock Adalah
Jenis-Jenis Saham Berdasarkan Kapitalisasi
Jangan takut untuk mulai melakukan investasi saham karena aturan lot di masa kini sudah sangat membantu kamu jika ingin melakukan investasi pertama.
Jangan khawatir juga dengan harga saham karena tidak semua saham memiliki harga yang tinggi seperti saham emiten blue chip. Ada beberapa jenis saham lapis kedua (mid cap) yang potensial karena masuk dalam kategori industri yang potensial juga.
Berikut adalah beberapa jenis saham berdasarkan kapitalisasi yang mungkin bisa jadi pertimbangan sebelum kamu melakukan pembelian saham.
Saham blue chips adalah istilah untuk emiten dengan kapitalisasi pasar di atas Rp40 triliun. Walau harganya relatif tinggi, namun saham ini jadi favorit karena kinerjanya stabil dan memiliki fundamental bagus.
Jika kamu berpikir untuk melakukan investasi jangka panjang, saham blue chips bisa jadi pilihan yang tepat.
Beberapa emiten yang masuk dalam kategori saham blue chips adalah Bank BCA (BBCA), PT Telkom (TLKM), Astra International (ASII), atau PT Jasa Marga (JSMR).
Semua perusahaan di atas jadi tonggak perekonomian sehingga kerap membagikan dividen setiap tahunnya.
Bagaimana? Sudah merasa 1 lot saham adalah jumlah yang besar jika dibandingkan dengan kinerja semua perusahaan di atas?
Saham second liner alias saham lapis kedua adalah saham emiten dengan kapitalisasi di bawah Rp40 triliun. Emiten ini memiliki fundamental yang bagus namun pergerakan harga masih di bawah blue chips karena perusahaan masih berkembang.
Beberapa contoh emiten yang masuk dalam kategori second liner adalah Garuda Indonesia (GIAA), PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS), PT Wijaya Karya Beton (WTON) atau PT Uni-Charm Indonesia (UCID).
Semua perusahaan itu ada di industri yang penting dalam keberlangsungan perekonomian negara.
Saham third liner adalah istilah untuk saham dengan kapitalisasi pasar di bawah Rp1 triliun. Dengan harganya yang relatif rendah, tentu ada risiko yang membayangi karena kinerja emiten belum stabil seperti saham blue chips atau saham second liner.
Cara Membagikan Kode Ajaib-mu:
Untuk Syarat & Ketentuan selengkapnya dapat ditemukan di bawah ini.
Domain resmi Ajaib adalah “https://ajaib.co.id/” dan semua korespondensi resmi ataupun korespondensi email yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Ajaib dan/atau alamat email yang berakhiran “@ajaib.co.id”, seperti “[email protected]” (“Media Resmi Ajaib”). Selain melalui Media Resmi Ajaib, kami tidak pernah meminta informasi yang bersifat pribadi dan rahasia seperti, data pribadi, kata sandi atau PIN (personal identification number), dan/atau kode OTP (one-time password) pengguna (“Informasi Rahasia”) melalui email, sosial media maupun media dan bentuk komunikasi lainnya. Jangan pernah memberitahukan Informasi Rahasia anda kepada pihak lain, termasuk pihak-pihak yang mengatasnamakan Ajaib. Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Ajaib namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan Media Resmi Ajaib merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Ajaib yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan Media Resmi Ajaib.
Fasilitas tambahan berupa penggunaan batas portfolio maksimum saham-saham margin yang diatur oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 3 (tiga) kali dari ekuitas (ratio kewajiban 65%) tanpa batasan waktu.
Konsekuensi Fasilitas Margin hanya apabila ratio kewajiban mencapai 75%, maka akan dilakukan forced-sell sesuai dengan ketentuan manajemen risiko IndoPremier.
Syarat dari Fasilitas Margin sesuai dengan Peraturan No. V.D.6 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. Kep-258/BL/2008 tanggal 30 Juni 2008 :
Ajaib.co.id – Lot saham adalah sesuatu yang harus dipahami para pemula yang ingin mulai berinvestasi saham. Istilah lot saham akan sering muncul dan menjadi patokan sebelum melakukan investasi agar bisa mendapatkan keuntungan maksimal.
Investasi saham memang tengah populer belakangan sebagai salah satu investasi pilihan anak muda. Stigma investasi saham yang hanya bisa dilakukan orang tua perlahan memudar dengan banyaknya pilihan dan kemudahan dalam investasi saham.
Istilah-istilah teknis yang kerap membingungkan, seperti lot saham juga bisa dipelajari dengan mudah berkat banyaknya artikel yang bisa dibaca daring.
Redaksi Ajaib merangkum pengertian lot saham sebagai panduan bagi para pemula agar makin yakin dengan investasi yang kamu lakukan.
Lot saham adalah satuan resmi yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kegiatan jual atau beli saham. Satuan ini memiliki prinsip yang sama dengan istilah kilo untuk berat atau km/jam untuk kecepatan.
1 Lot = 100 lembar saham
Aturan transaksi saham sebuah perusahaan adalah minimal 1 lot. Berikut ilustrasi yang bisa jadi gambaran kamu untuk memahami istilah lot saham.
Misalnya harga saham Bank BCA (BBCA) hari ini adalah Rp28.000. Jika kamu ingin membeli saham BCA sebesar 1 lot, berapa uang yang harus kamu siapkan?
Rp28.000 x 1 lot x 100 lembar = Rp2.800.000
Ya, kamu harus menyiapkan minimum Rp2.800.000 untuk melakukan pembelian saham BBCA. Harga ini bisa berubah-ubah dengan berbagai faktor penyebab.
Namun, saham BBCA adalah salah satu saham blue chip, istilah untuk saham emiten unggulan yang dipandang tangguh menghadapi berbagai kondisi perekonomian dan situasi pasar.
Aturan mengenai lot saham ini adalah hasil perubahan sejak 6 Januari 2014. Sebelumnya 1 lot saham ditetapkan untuk 500 lembar saham. Perubahan ini dilakukan dengan tujuan agar makin banyak investor individual yang mau melakukan investasi saham di Indonesia.
Coba bayangkan jika aturan 1 lot saham adalah 500 lembar saham. Dana yang harus dikeluarkan untuk membeli 1 lot saham BBCA adalah Rp28.000 x 1 lot x 500 lembar = Rp14.000.000.
Angka itu tentunya jadi nominal yang relatif besar untuk investor pemula.
Kinerja Keuangan yang Mumpuni
Berbicara mengenai kinerja keuangan, Apple selalu mampu menunjukkan taringnya. Pasalnya, kinerja penjualan Apple terbilang cukup stabil dan malahan bisa tumbuh fantastis jika terjadi peluncuran produk baru.
Salah satu bukti kekuatan penjualan Apple terjadi pada kuartal II 2009. Pada masa tersebut, perusahaan sukses membukukan penjualan sebesar US$28,6 miliar atau meroket tiga kali lipat dari US$9,08 miliar di periode yang sama setahun sebelumnya. Hal itu terjadi berkat kemunculan iPhone dan iPad seri pertama.
Analis beranggapan, kunci kesuksesan penjualan Apple terletak pada produk-produknya yang canggih. Bahkan, investor punya keniscayaan bahwa produk-produk Apple kini sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat modern.
Di samping itu, Apple pun kini sudah memiliki fans garis keras, yang kerap disebut Apple Fanboy, yang selalu siap memborong produk-produk terbarunya.
Zaman dahulu, masyarakat mungkin tak terpikir untuk memiliki tablet pintar yang beroperasi layaknya komputer canggih. Selain itu, mereka juga mungkin tak terpikir untuk memiliki komputer jinjing yang lebih ringan dari sebuah buku. Nah, Apple mewujudkan seluruh impian itu dan inilah yang menjadi daya pikat utama perusahaan di mata investor.
Melalui inovasi produk, Apple menciptakan pasar bagi produk yang sebelumnya nihil di pasaran. Sehingga, perusahaan mampu menjadi pemain utama di pasar tersebut tanpa kompetitor sama sekali.
Terlebih, komitmen Apple untuk inovasi tidak main-main. Sepanjang sembilan bulan di 2022, misalnya, perusahaan diketahui menggelontorkan US$19,49 miliar hanya untuk urusan riset dan pengembangan.
Bagaimana Cara Membeli Saham Apple di Indonesia?
Pertumbuhan nilainya yang kencang tentu membuat investor tergiur untuk mengoleksi saham Apple.
Sebagai gambaran, melansir data Finbox, nilai AAPL tumbuh 723,5% dalam 10 tahun terakhir per artikel ini ditulis. Artinya, jika 10 tahun lalu kamu berinvestasi sebesar US$1.000 dolar di saham Apple, maka kemungkinan besar dana investasimu sudah beranak pinak jadi US$7.235 atau sekitar Rp115,76 juta!
Dengan kinerja seperti demikian, Sobat Cuan mungkin tergugah memiliki aset satu ini. Namun, tak perlu khawatir, sebab kamu bisa memiliki saham Apple di aplikasi Pluang!
Di Pluang, kamu bisa berinvestasi saham Apple mulai dari 0,1 lembar saham saja. Selain itu, kamu hanya memerlukan tiga kali klik saja untuk mulai bertransaksi saham Apple. Hal itu tentunya bisa kamu lakukan jika telah melakukan verifikasi dasar alias proses KYC.
Baca Juga: Selain Saham Apple, Ini 10 Saham Terbesar Milik Warren Buffett!
Download Pluang di Sini!
Apple Terus Berinovasi
Jobs akhirnya kembali memimpin Apple pada 1997. Di bawah tangan dinginnya, Apple sukses meluncurkan produk ikonik seperti iMac dan iBook yang mulai diperkenalkan pada 1998 dan 1999.
Kemudian, pada 2001, perusahaan juga mengumumkan tiga terobosan yang berperan penting pada posisinya sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia. Yakni peluncuran Mac OS X, dibukanya gerai resmi Apple yakni Apple Store, dan peluncuran iPod.
Lalu, di tahun 2007 Jobs pun mengubah nama Apple Computer Inc. menjadi Apple Inc. Inilah tahun di mana iPhone, salah satu produk paling diunggulan oleh Apple diluncurkan secara perdana. Konon, iPhone pertama laris manis sebanyak 270.000 unit dalam 30 jam saja!
Sayang, Jobs mengundurkan diri sebagai CEO pada 2011. Tongkat estafet kepemimpinan Apple pun kemudian digenggam oleh Tim Cook.
Namun, bukan berarti inovasi Apple pun berhenti. Malahan, di bawah komando Cook, Apple berhasil meluncurkan jam tangan canggih Apple Watch dan headset nirkabel Airpods. Bahkan, Apple juga merambah bisnis jasa pembayaran melalui Apple Pay.
Ketika nasabah baru membuka rekening saham di perusahaan efek (biasa juga disebut sekuritas), ia akan dibuatkan rekening dana baru yang disebut Rekening Dana Investor (RDI). RDI adalah rekening bank atas nama investor, tapi aksesnya hanya untuk transaksi saham, sehingga tidak dapat digunakan untuk kepentingan lain.
Lantas, berapa besaran uang deposit atau setoran awal yang ideal ditanamkan di RDI? Apakah puluhan juta, jutaan, atau beberapa ratus ribu rupiah saja?
Sebagai perbandingan, pada tahun 1998 ketika investor ritel hendak berinvestasi saham, mereka harus merogoh kantong setidaknya 50 juta rupiah untuk deposit pertama di RDI. Angkanya kemudian dipangkas lagi oleh sekuritas menjadi sekitar 25 juta rupiah.
Tingginya angka deposit ketika itu dipengaruhi besaran minimal pembelian saham yang dihitung berdasarkan lot. Saat itu 1 lot berisi 500 saham. Itu sebabnya pasar modal bak berada di menara gading, eksklusif, alias hanya orang berduit saja yang bisa berinvestasi saham.
Namun, sejak 6 Januari 2014, Bursa Efek Indonesia mengubah aturan 1 lot dari 500 saham menjadi 100 saham. Perlahan, kebijakan ini membuat saham makin terjangkau. Tak hanya kaum berdasi, kini saham bisa dibeli masyarakat luas, mulai dari ibu rumah tangga, sopir, satpam, hingga tukang ojek.
Ditambah lagi, banyak sekuritas kian gencar mendorong nasabah baru, khususnya anak muda, untuk masuk pasar modal. Salah satu caranya adalah dengan menurunkan jumlah deposit.
Kendati pada praktiknya setiap sekuritas memiliki kebijakan masing-masing, setoran awal RDI yang disyaratkan pun berlainan. Angkanya mulai dari Rp 10 juta, Rp 5 juta, Rp 3 juta, atau bahkan hanya Rp 100.000.
Untuk bertransaksi saham di PT Mandiri Sekuritas (Mandiri Sekuritas), investor sudah dimudahkan dengan berbagai cara. Nasabah dapat membuka rekening melalui MOST Web di www.most.co.id, aplikasi MOST, MOST App di laptop dan komputer, atau menggunakan MOST Mobile di ponsel pintar. Mandiri Sekuritas pun merekomendasikan besaran deposit yang ideal, yakni 10 juta rupiah.
Kenapa sebesar itu? Salah satu pertimbangan utama ialah bahwa dengan setoran 10 juta rupiah, investor dapat fokus berinvestasi di saham-saham unggulan (blue chip), yang sebagian besar masuk dalam indeks LQ-45. LQ-45 adalah deretan 45 saham paling likuid dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saat yang Tepat Masuk Pasar Modal
Saat ini adalah waktu yang tepat untuk masuk ke pasar modal mengingat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks acuan utama di BEI tengah berada di level rendah. Sejak awal tahun hingga 27 Maret, IHSG sudah terjun 27,84% di level 4.545,57.
"Siapa yang tak mau beli (saham) di harga rendah dibandingkan harga tinggi? Benar-benar aneh. Harusnya mereka berharap pasar saham turun, jadi mereka bisa membeli (saham) di harga murah," kata Warren Buffett, tokoh investor global, seperti dikutip Business Insider, 29 Februari 2020.
Penurunan IHSG memicu valuasi berdasarkan price to earnings ratio (PER) sehingga saham-saham di BEI juga turun. PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih per saham untuk menilai valuasi saham, yang menentukan apakah saham sedang murah atau mahal.
Sebenarnya tidak ada angka baku PER. Namun, lazimnya adalah, kian rendah PER, maka makin murah valuasi saham emiten tersebut. Mengacu data BEI, beberapa saham di indeks LQ-45 juga mencetak PER kecil. Salah satunya adalah saham dari emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex.
Sejak 27 Maret, PER saham produsen tekstil asal Solo itu sangat rendah, yakni 2,29 kali. Sejak awal tahun (year to date), saham SRIL anjlok 41,15% di level Rp153/saham. Dengan 10 juta rupiah, investor dapat membeli 650 lot saham SRIL (65.000 saham). Perlu dicatat bahwa saham SRIL setahun terakhir pernah menyentuh Rp362/saham.
Saham lain dengan PER rendah yakni yang diterbitkan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), yakni 2,80 kali di level harga Rp1.365/saham. Dengan dana 10 juta rupiah, investor bisa mendapatkan 73 lot saham.
Saham perusahaan tambang batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga mencatat PER rendah 5,63 kali saat ini, yakni di harga Rp990/saham. Dengan dana 10 juta rupiah, investor bisa membeli ADRO sebanyak 100 lot saham. Saham ADRO pernah tembus Rp1.655/saham setahun terakhir.
PER biasanya tak dipakai untuk menilai mahal atau murahnya saham perbankan. Untuk menilai bank, biasanya menggunakan rasio price to book value (PBV), yakni penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar berarti memiliki valuasi tinggi (overvalue) alias kemahalan, sedangkan saham dengan PBV di bawah satu kali, memiliki valuasi rendah dan harga sahamnya murah alias undervalue.
Misalnya, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), induk perusahaan Mandiri Sekuritas, memiliki PBV sebesar 1,13 kali di level harga Rp4.940/saham. Untuk 1 lot saham Bank Mandiri, investor hanya perlu merogoh Rp494.000. Namun, dengan 10 juta rupiah, nasabah dapat membeli 20 lot saham BMRI, yang mana level tertingginya pernah menyentuh Rp8.150/saham setahun terakhir.
Bagaimanapun, pilihan kembali ke masing-masing investor. Apakah mau mengalokasikan 10 juta rupiah miliknya untuk satu saham saja, atau menginvestasikannya ke beberapa saham? Investopedia mencatat, demi diversifikasi, investor global (ritel dan profesional) lazimnya memiliki sekitar 15-20 saham dalam portofolio, bukan hanya satu saham.
Namun, bila seseorang ingin fokus jadi investor jangka panjang, investor tersebut wajib melihat sisi fundamental (kinerja) emiten bersangkutan, selain memperhatikan PER dan PBV. Jangan terpaku pada berapa volume saham yang dibeli, tetapi sebaiknya fokus saja pada kualitas fundamental emiten.
Jadi, sedang siap-siap belanja saham apa, nih?
Ayo, semangat berinvestasi di pasar modal!
PT Mandiri Sekuritas terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
Care Center: 1500 178
Napak Tilas Perjalanan Saham Apple
Sejak awal, Apple mengetahui bahwa prospek bisnis teknologi akan menjanjikan di masa depan. Makanya, perusahaan pun tak ragu melantai di bursa Nasdaq dengan kode AAPL pada 12 Desember 1980. Saat itu, saham AAPL yang dibanderol US$22 per lembar itu berhasil terjual US$4,6 juta pada penawaran perdananya.
Ternyata, anggapan perusahaan benar adanya. Sehari sejak melantai di bursa Nasdaq, harga AAPL terbang 32% menjadi US$29 per lembar saham dan mengantar valuasi perusahaan menjadi US$1,77 miliar pada saat itu.
Meski terlihat manis, perjalanan saham Apple tetap saja berliku, utamanya pada dekade 1990-an. Harga saham Apple terpantau tiarap 60% sejak 1987 hingga 1997.
Untungnya, saham Apple kembali bersinar pada dua tahun setelahnya lantaran antusiasme pelaku pasar atas kembalinya Jobs sebagai pucuk pimpinan perusahaan. Pasalnya, berkat jibaku Jobs, Apple berhasil mencetak laba US$309 juta di tahun pertama masa jabatannya.
Tetapi, selain itu, kinclongnya kinerja saham Apple pun konon juga didorong fenomena yang disebut dot-com boom. Asal tahu saja, kedua faktor tersebut sukses meroketkan nilai AAPL sebesar 212% dan 115% masing-masing pada 1998 dan 1999.
Sayangnya, saham Apple kemudian rontok, bahkan hingga mencapai US$6,56 per lembar pada April 2003, karena sebuah fenomena awal dekade 2000-an bernama dotcom bubble. Tetapi, nilai AAPL rupanya mampu kembali bangkit hingga US$199 per lembar pada 2007 berkat kuatnya penjualan produk.
Selebihnya, kenaikan nilai AAPL didorong oleh inovasi perusahaan. Pada Juli 2011, contohnya, nilai AAPL menembus US$400 per lembar. Padahal, dua tahun sebelumnya, nilai AAPL sempat menyentuh level terendah US$78 per lembar gara-gara krisis subprime mortgage yang melanda AS.
Hal ini pun terjadi berkat tingginya penjualan produk-produk baru Apple seperti iPad dan iPhone dan Macbook seri terbaru yang teknologinya saat itu tidak dimiliki kompetitornya.
Moncernya penjualan Apple terus membumbungkan nilai sahamnya. Bahkan, berkat nilai saham yang terus melambung, Apple menjadi satu-satunya perusahaan AS dengan kapitalisasi pasar hampir menyentuh US$3 triliun di 2022.
Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Investopedia, Finbox, EDN, LA Times, CNet
Tips Investasi Saham Bagi Pemula
Investasi saham adalah jenis investasi yang cocok dilakukan dalam jangka panjang. Hal ini membuat konsistensi jadi kunci jika ingin cuan di masa yang akan datang.
Berikut adalah beberapa tips investasi yang bisa dilakukan pemula yang baru mulai berinvestasi saham:
1. Investasikan Waktu untuk Belajar
Istilah-istilah dalam saham memang banyak dan rumit jika dilihat sekilas, namun mempelajari semua istilah itu adalah suatu keharusan agar bisa melakukan jual dan beli saham dengan lebih efektif.
Kamu bisa mempelajari informasi mengenai saham dari berbagai platform daring, salah satu contohnya adalah blog Ajaib yang sedang kamu baca ini.
2. Mulai dari Jumlah Kecil
Salah pengelolaan saham bisa membuat kamu rugi besar, apalagi jika dana yang diinvestasikan juga besar. Tak salah jika investasi saham disebut sebagai investasi berisiko tinggi.
Jadi, sebagai awal, mulailah dari jumlah yang kecil agar mampu mempelajari pola-pola jual dan beli saham.
Kamu bisa melakukan pembelian saham di Ajaib dengan cara yang mudah dan praktis dengan biaya transaksi yang bisa lebih murah sampai 50%.
Selain dua tips di atas, tentunya kamu harus melakukan pemantauan kondisi ekonomi dan politik Indonesia, kinerja emiten yang sahamnya kamu miliki, dan memelihara konsistensi.
Itu dia beberapa hal yang bisa kamu ketahui mengenai pengertian lot saham, jenis-jenis emiten, hingga tips jika ingin mulai investasi saham. Selamat melakukan pembelian saham pertamamu.
Mengenal Apple, Sang Raksasa Teknologi Global
Saat ini, saham Apple disebut sebagai salah satu jimat cepat kaya masa kini. Konon katanya saat melantai pertama kali dulu, saham Apple Inc. mencetak 300 miliarder baru, lho!
Saat ini saham Apple pun masuk ke dalam kelompok FAANG alias geng saham teknologi paling berharga di pasar saham AS bersama Meta Platforms, Amazon.com, Netflix, dan induk Google, Alphabet.
Namun, seperti apa sih kisah perjalanan Apple hingga menjadi raksasa teknologi seperti saat ini?
Baca Juga: Mending Beli iPhone atau Saham Apple? Yuk, Simak Ilustrasinya Berikut!